5.20 Road to Hyperbitcoinization

Bitcoin lahir pada tahun 2009, tepat ketika terjadi bank-run dan bailout terbesar dalam sejarah dunia saat itu, yaitu saat terjadi kejatuhan Lehman Brothers. Pada tahun 2008, total sebesar 700 miliar dolar dicetak untuk membail-out bank-bank yang bermasalah. Ditambah lagi 4 triliun USD dicetak untuk Quantitive Easing, yang bertujuan untuk menyuntikkan dana ke pasar keuangan agar bank-bank dapat beroperasi normal. Namun, hasilnya adalah inflasi, yang mengakibatkan nilai uang dolar yang dipegang oleh para penabung turun.

Uang kertas semakin tidak berharga seiring waktu, karena bank sentral terus mencetak uang. Solusi yang diusulkan oleh para pemimpin dunia pada saat itu adalah kebijakan Basel III, yaitu NSFR atau Net Stable Funding Ratio, di mana bank-bank harus memiliki rasio pendanaan stabil bersih minimal 100%. NSFR ini mengukur rasio antara sumber pendanaan jangka panjang yang stabil dengan aset jangka panjang yang memerlukan pembiayaan. Kebijakan Basel III ini juga diterapkan di Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia.

Namun, pada tahun 2023, krisis perbankan kembali terjadi karena penyebab yang sama dengan krisis pada tahun 2008. Bitcoin adalah solusi untuk sistem keuangan yang rapuh ini. Bitcoin memberikan pilihan bagi banyak orang untuk memiliki tabungan yang benar-benar ultra-sound money, yaitu uang yang anti inflasi, terdesentralisasi, dan efisien karena tidak dapat dicetak lagi.

  • Hyperbitcoinization adalah sebuah peristiwa di mana Bitcoin akan menggantikan semua mata uang. Ini terjadi ketika orang-orang berhenti menggunakan mata uang lokal mereka dan mulai menggunakan Bitcoin. Hyperbitcoinization adalah saat Bitcoin menjadi cadangan moneter global. Ketika negara-negara menggunakan Bitcoin sebagai cadangan mereka daripada menggunakan dolar seperti yang terjadi saat ini.

    Untuk memahami Hyperbitcoinization, perlunya untuk memahami istilah "Layered Money".

    Layered money didasarkan pada penelitian dari Professor Perry Mehrling yang berjudul "Hierarchy of Money". Dengan konsep Layered Money, semua orang dapat memahami uang lebih baik. Ada lapisan uang pertama, lapisan uang kedua, dan seterusnya. masyarakat juga dapat memahami apa yang menjadi cadangan di setiap lapisan uang tersebut. Sebelum tahun 1971, cadangan uang pada lapisan pertama adalah emas. Maka keluarlah istilah standar emas.

    Pada tahun 1934, orang Amerika dilarang untuk memiliki emas dan dipaksa untuk menyerahkan emasnya ke bank sentral. Cadangan uang pada lapisan pertama itu diambil alih oleh pemerintah melalui Gold Reserve Act, yang merupakan sebuah penipuan besar.

    Masyarakat kemudian diberikan uang pada lapisan berikutnya, yaitu dolar atau sertifikat emas. Pemerintah Amerika menjamin bahwa setiap dolar dapat ditukar dengan emas. Namun, itu semua ternyata adalah penipuan. Pada tahun 1971, pemerintah Amerika mengkhianati dunia dengan menolak penukaran dolar dengan emas, sehingga melepaskan dolar dari standar emas.

    Mata uang kertas yang dipegang saat ini adalah uang pada lapisan yang paling bawah. Sebelum membahas Hyperbitcoinization, terlebih dahulu akan ada penjelasan tentang konsep Layered Money yang lebih sederhana, mudah, dan singkat.

    Sebelum Nixon melepaskan dolar dari standar emas pada tahun 1971, dolar adalah teknologi moneter, dan merupakan sound money karena didukung oleh emas. Dolar juga bisa dianggap sebagai surat hutang, atau sertifikat emas, sesuai yang tertera pada cetakannya. Dalam konsep Layered Money, emas adalah uang pada lapisan pertama. US Treasury mencetak sertifikat yang didukung 1:1 dengan emas. Gold certificate, atau dolar yang dicetak antara tahun 1928 dan 1971, digunakan oleh orang-orang. Dengan kata lain, setiap uang kertas yang diedarkan dijamin oleh US Treasury dan didukung oleh emas yang disimpan dalam brankas.

    Inilah Layer money sebelum Nixon melepas dollar dari standar emas pada tahun 1971. Dolar adalah teknologi monetari, dan merupakan uang yang aman karena didukung oleh emas. Dolar juga dapat dianggap sebagai sertifikat hutang atau gold certificates, sesuai dengan yang tercantum pada cetakannya. Pada Layer money, emas adalah uang layer pertama. Departemen Keuangan AS mencetak sertifikat yang didukung 1:1 dengan emas, yang disebut sertifikat emas atau dolar yang dicetak antara 1928 dan 1971. Setiap uang kertas yang diedarkan dijamin oleh Departemen Keuangan AS dan didukung oleh emas di brankas.

    Sebelum 1971, menabung sangat masuk akal karena nilai tabungan tetap.

    Namun, bagaimana setelah tahun 1971?

    Departemen Keuangan AS mencetak terlalu banyak dolar untuk membiayai berbagai perang, termasuk perang Vietnam. Jika banyak negara meminta kembali emasnya, maka akan terjadi bank run. Oleh karena itu, Nixon melepaskan dolar dari standar emas. Dari "In Gold We Trust" menjadi "In God We Trust".

    Setelah tahun 1971 Lapisan pertama bukan lagi emas, melainkan didukung oleh surat hutang atau obligasi Departemen Keuangan AS. Sistem ini sangat rentan, tetapi memberikan Amerika hak istimewa sebagai negara yang bisa berjalan dengan defisit tetapi tidak bisa bangkrut. Selama ini, sistem ini dipertahankan dengan cara memaksa, dengan politik, kudeta pemerintahan negara lain, bahkan aksi militer jika diperlukan. Semua harus patuh pada sistem yang dibuat oleh Amerika.

    Bagaimana dengan Layered money masa depan, yang disebut sebagai hyperbitcoinization?
    Bitcoin menjadi uang pada layer 1, di mana bank sentral dan sektor swasta menyimpan Bitcoin sebagai aset cadangannya. Dukungan dari CBDC memungkinkan bank untuk menerbitkan stablecoin yang didukung oleh Bitcoin. Ini adalah hyperbitcoinization, di mana Bitcoin menjadi cadangan bank sentral.

  • Pertama-tama, Bitcoin lebih efisien. Mengapa emas digantikan oleh sertifikat emas atau uang kertas? Karena kertas dianggap sebagai monetary technology yang lebih efisien. Biaya untuk memindahkan Bitcoin jauh lebih murah daripada emas. Pada tahun 1970-an, Prancis harus mengirim kapal perang untuk mengambil emas dari Amerika.

    Kedua, supply Bitcoin pasti dan transparan. Tidak ada yang tahu pasti jumlah emas yang disimpan di cadangan FED. Supply Bitcoin bisa diperiksa secara transparan. Tidak ada yang tahu pasti jumlah emas yang beredar di dunia dan yang belum ditambang. Ini membuat harga emas fluktuatif tergantung pada supply dan demand.

    Ketiga, Bitcoin memiliki protokol sedangkan emas tidak. Protokol Bitcoin menghilangkan fungsi kustodian, yang sering kali mengecewakan karena kustodian atau bankir yang menyimpan emas tergoda oleh rasa serakah.

    Bitcoin merupakan proteksi dari inflasi karena pasokannya pasti dan tidak dapat dicetak lagi.

    Bitcoin juga melindungi dari kebijakan buruk yang dibuat oleh pemerintah karena sifatnya yang portabel dan memiliki pasar global.

    Bitcoin adalah uang kebebasan, karena dapat dibawa ke mana saja. Selain itu, jaringannya terdesentralisasi sehingga tidak mengalami downtime.

    Bitcoin juga merupakan uang perdamaian karena tidak dapat dicetak untuk membiayai perang. Selain itu, tidak ada paksaan kepada negara lain untuk menerima sistem Bitcoin.

    Bitcoin adalah uang rakyat karena tidak dicetak oleh bank sentral.

    Bitcoin juga dapat menjadi pelindung saat terjadi badai finansial karena sistem mata uang fiat internasional yang dibangun sejak 1971 runtuh.

  • Pertama-tama, perlunya melihat dari perspektif ekonomi global. El Salvador telah mencoba menjadi kelinci percobaan untuk ekonomi Bitcoin setelah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Banyak yang meragukan keberhasilan El Salvador dalam mengadopsi Bitcoin, tetapi fakta menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi El Salvador meningkat sejak mengadopsi Bitcoin dan menerapkan beberapa solusi.

    Sistem Proof of Work dianggap lambat. Oleh karena itu, El Salvador menggunakan wallet Chivo dengan sistem Layer 2.

    Penambangan Bitcoin menggunakan energi dan meninggalkan jejak karbon. Oleh karena itu, El Salvador telah mencoba menambang Bitcoin melalui tenaga geothermal atau gunung berapi. Untuk mewujudkan ambisi ini, El Salvador mengajukan Bitcoin Volcano Bond sebesar $1 Juta. Harga Bitcoin fluktuatif, dan El Salvador membeli 1 Bitcoin setiap hari dengan harga terendah. El Salvador adalah panggung utama untuk hyperbitcoinization.

    Selain itu, El Salvador juga berhasil menghemat biaya remittance dollar. Biaya remittance dollar El Salvador sendiri mencapai 20% dari GDP sebelum mengadopsi Bitcoin.

    Beberapa negara yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah setelah El Salvador adalah Republik Afrika Tengah. Langkah Republik Afrika Tengah ini membuat IMF menjadi khawatir.

    Kedua, bisa dilihat dari perspektif adopsi teknologi. Ketika membicarakan tentang adopsi Bitcoin, terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan, yaitu adopsi teknologi dan harga. Dalam hal adopsi teknologi pada umumnya, ada istilah yang disebut dengan kurva S. Jika kita berada di kelompok majority terakhir, terlebih lagi di kelompok laggards, pasti sudah tertinggal. Pertanyaannya sejauh mana kita sekarang

    Ketiga, mari lihat dari pandangan harga Bitcoin. Harga Bitcoin memang fluktuatif dalam jangka pendek, tetapi jika melihat dalam jangka panjang, harga Bitcoin tetap mengalami uptrend. Dalam jangka panjang, harga Bitcoin dibandingkan dengan mata uang fiat akan membentuk huruf J seiring berjalannya waktu. Kenapa? Karena adanya halving, yaitu pengurangan reward miner sebesar separuh setiap tahun. Hal ini berbanding terbalik dengan fiat, karena inflasi yang menyebabkan nilai mata uang terus menurun. Selain itu, adopsi Bitcoin sebagai legal tender di beberapa negara dan perkembangan teknologi seperti web5, defi, NFT, dan metaverse yang berbasis Bitcoin juga mempengaruhi kenaikan harga Bitcoin.

  • Dalam setiap generasi pasti terjadi event outliers. Sebagai contoh, pada generasi baby boomers, harga emas naik dari $38 pada tahun 1970 menjadi $183 pada tahun 1974, dan akhirnya mencapai $594 pada tahun 1980. Hal ini terjadi karena Presiden Nixon melepaskan dollar dari standar emas, sehingga kenaikan harga emas ini adalah sebuah peristiwa pengecualian. Pada generasi gen-x, terjadi booming properti, terutama pada tahun 1980-an, di mana harga properti naik secara signifikan. Hal ini terjadi karena pemilik emas menjual emas mereka dan menukarnya dengan aset berupa properti. Kenaikan harga properti ini juga merupakan sebuah peristiwa pengecualian. Oleh karena itu, generasi gen-x lebih suka berinvestasi di properti.

    Pada generasi milenial, harga saham teknologi melonjak tajam, contohnya adalah saat Google melakukan IPO pada harga $2,7 dan saat ini harganya mencapai sekitar $100. Itulah mengapa banyak milenial yang tertarik pada saham, selain karena lebih terjangkau daripada investasi di real estate. Saham Google dan perusahaan teknologi lainnya adalah event outliers.

    Sedangkan pada generasi zenials, memiliki aset baru yaitu aset digital. Aset digital yang dianggap sebagai digital gold adalah Bitcoin. Jika kita harus menebak event outliers selanjutnya, maka Bitcoin akan menjadi peristiwa pengecualian selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan tatanan dunia yang terjadi, di mana mata uang fiat dollar yang hanya didukung oleh hutang dan militer runtuh. Seperti yang dikatakan, Titanic dianggap tak bisa tenggelam, tapi mereka yang percaya begitu akhirnya tenggelam bersama Titanic.

    Terkait pertanyaan apakah harga Bitcoin sudah terlalu mahal, belum. Saat ini hanya 4,2% dari total populasi dunia yang memiliki aset kripto. Saat ini Bitcoin masih memasuki fase awal.

  • Hyperbitcoinization adalah sebuah peradaban yang dibangun berdasarkan standar Bitcoin. Hyperbitcoinization terjadi ketika Bitcoin menjadi uang lapis pertama. Untuk memahami Bitcoin, perlunya untuk Kembali lagi ke 500 tahun ke belakang. Perlunya memahami konsep apa itu uang, bagaimana sistem uang berubah setiap 100 tahun sekali, seperti yang dijelaskan dalam video "Changing World Order" yang didasarkan pada buku Ray Dalio. Ada perubahan mata uang dunia setiap 100 tahun sekali. Untuk memahami tentang uang dan masa depan uang, kita harus bisa menjawab beberapa pertanyaan, antara lain:

    • Apa itu uang?

    • Apa perbedaan antara mata uang dan uang?

    • Mengapa terjadi perubahan global reserve currency setiap 100 tahun sekali?

    • Bagaimana mata uang diciptakan?

    • Mengapa mata uang dibuat?

    • Bagaimana bank sentral Amerika menguasai sistem ekonomi

    Dengan teknologi blockchain yang aman dan transparan, Bitcoin mampu memberikan solusi untuk kekhawatiran inflasi yang selalu mengintai mata uang konvensional. Namun, perlu diingat bahwa investasi di pasar kripto tetaplah berisiko, dan sebaiknya dilakukan setelah melakukan riset dan kajian yang matang. Terlepas dari itu semua, Bitcoin dan teknologi blockchain telah membawa perubahan besar dalam dunia keuangan dan kemungkinan besar akan terus berkembang dan mengalami evolusi di masa depan.

Angga Andinata

Seorang educator. Misinya untuk mempersiapkan generasi Web3. Mengubah orang dari awam crypto menjadi paham crypto.

https://youtube.com/c/anggaandinata
Previous
Previous

5.21 Web3: Guide To Magic Internet Money

Next
Next

5.19 How To Kill Bitcoin