5.23 Blocksize War 2.0

Blocksize war adalah konflik internal yang terjadi dalam komunitas Bitcoin selama 3 tahun setelah Satoshi Nakamoto meninggalkannya. Meskipun mungkin tidak banyak yang mengetahui tentang perang blocksize ini, konflik tersebut memiliki dampak penting pada perkembangan Bitcoin.

Perang blocksize ini bukan kali pertama terjadi, sebelumnya terjadi sekitar tahun 2014-2015. Dalam perang ini, komunitas Bitcoin menggunakan berbagai metode seperti proposal, negosiasi, dukungan dari tokoh berpengaruh, pertemuan, serangan DDoS, dan bahkan munculnya Satoshi palsu.

Artikel ini akan membahas perkembangan Bitcoin yang disaksikan oleh generasi awal Bitcoin yang dimana menunjukkan bahwa Bitcoin bukanlah teknologi yang tertinggal dan masih terus mengalami perkembangan hingga saat ini.

BLOCKSIZE WAR 1.0

Pada tahun 2009, Satoshi Nakamoto memperkenalkan batasan ukuran block sebesar 1MB kepada komunitas Bitcoin. Pada saat itu, ukuran block terbesar hanya beberapa kilobyte. Setelah Satoshi meninggalkan komunitas, dia menyerahkan repositori perangkat lunak Bitcoin ke Gavin Andreesen, yang kemudian menganggap dirinya sebagai pemimpin Bitcoin.

Gavin membeli 20.000 Bitcoin seharga $50 dan membuat Bitcoin Faucet, di mana pengguna bisa mendapatkan 5 Bitcoin secara gratis dengan menyelesaikan captcha. Menariknya, saat ini jumlah tersebut bisa membuat seseorang pensiun dini.

Perlu diketahui bahwa pada awalnya, Bitcoin tidak memiliki batasan ukuran block. Namun, Satoshi kemudian menambahkan satu baris kode di repositori perangkat lunak dengan batasan maksimal 1MB. Hal ini berarti setiap block Bitcoin hanya dapat menampung sekitar 2700 transaksi setiap 10 menit.

Keputusan ini kemudian menjadi sumber perdebatan dan memicu perang saudara yang dikenal sebagai "blocksize war". Blocksize war terjadi karena perbedaan pendapat mengenai ukuran block yang telah ditetapkan oleh Satoshi sebesar 1MB.

Dalam perang ini, komunitas Bitcoin terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah "large blockers" yang mendukung peningkatan ukuran block Bitcoin. Kubu kedua adalah "small blockers" yang tetap mempertahankan ukuran block Bitcoin tetap kecil, yaitu 1MB.

Perselisihan ini mengakibatkan perpecahan dalam komunitas Bitcoin dan menjadi momen krusial dalam sejarah Bitcoin. Perang ini menentukan apakah Bitcoin akan berhasil atau tidak, serta menentukan masa depannya yang vital. dan di bawah ini kita akan membahas kekuatan dari masing masing kubu yang terpecah ini.

  • terdapat dua pendukung bitcoin antara blocksize besar dan blocksize kecil, yang dimana memiliki kekurangan dan kelebihannya masing masing.

    Large Block / Block Besar memiliki argumen bahwa limit 1MB pada bitcoin itu tidak masuk akal. Bahkan size 1 website saja lebih dari 1 MB.Para "bigblockers" berargumen bahwa dengan batasan 1MB per block, jaringan Bitcoin tidak akan mampu menyaingi Visa dalam jumlah transaksi yang dapat ditangani. Mereka menggunakan pendekatan bisnis, fokus pada penggunaan nyata dan pengguna nyata. Tokoh-tokoh seperti Gavin Andreesen, Roger Ver, dan Jihan Wu mendukung pandangan para bigblockers. Mereka menggunakan perspektif bisnis dan startup, serta membandingkan Bitcoin dengan layanan seperti Visa, PayPal, dan Mastercard. Bigblockers mendapatkan dukungan dari venture capital, penambang besar, dan para pengusaha.

    Sementara para Small blocker, beragumen dengan memperbesar kapasitas block bitcoin, maka akan semakin susah untuk individu running node sendiri ini berbanding jauh dengan visi desentral satoshi. Meningkatkan kapasitas blok Bitcoin dapat menyebabkan Bitcoin menjadi lebih terpusat “Centralized” dan dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Pendukung "small blockers" menggunakan pendekatan ilmiah dalam argumennya. Kelompok small blockers ini didukung oleh Gregory Maxwell, yang dianggap sebagai tokoh yang paling tidak disukai oleh big blockers. Mereka melihat Bitcoin dari sudut pandang sistem moneter, membandingkannya dengan bank sentral. Small blockers mendapatkan dukungan dari para insinyur dan ahli IT.

    Ini adalah sebuah perdebatan yang berlarut-larut tanpa menemukan solusi. Hingga akhirnya, pada tanggal 12 dan 13 September, diadakan sebuah konferensi yang disebut "Scaling Bitcoin 2015 Phase 1" di Montreal, Kanada. Dalam konferensi ini, Gavin mengusulkan peningkatan kapasitas blok menjadi 2MB, kemudian 4MB, 8MB, bahkan hingga 8000MB. Namun, konferensi ini mengalami kebuntuan. Komunitas big blockers mengolok-oloknya sebagai bukan konferensi untuk mengatasi skala Bitcoin, melainkan konferensi yang menghambat kemajuan Bitcoin.

    Beberapa bulan kemudian, diadakan acara serupa di Hong Kong, yang dekat dengan para penambang Bitcoin yang sebagian besar berada di China. Pada sesi pertama di hari kedua konferensi di Hong Kong, seorang pengembang Bitcoin bernama Pieter Wuille mengusulkan sebuah proposal yang disebut Segregated Witness atau SegWit. Jadi, apa sebenarnya SegWit itu?

  • SegWit merupakan kependekan dari “Sergregated Witness” ini adalah cara untuk meningkatkan ukuran block bitcoin dengan menghapus signature di transaksinya. Hal ini juga tidak dapat di anggap sebagai penambahan blocksize yang sebenarnya, karena node atau client yang belum di upgrade hanya melihat 1MB block saja. SegWit ini sangat susah di jelaskan kepada para big blockers yang rata rata dari perusahaan. Tapi proposal Segwit ini dianggap sebagai win-win solution, tidak wajib upgrade, wallet lama dan wallet baru juga masih dapat berinteraksi secara seamless.

    Cara kerja SegWit bisa dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

    Pada blok "legacy", terdapat tiga data yaitu output, signature, dan input. Namun, SegWit memisahkan signature dari blok tersebut dengan membuat blok baru yang khusus untuk signature. Dengan begitu, blok Bitcoin dapat diisi hanya dengan transaksi. Solusi SegWit ini tidak memerlukan hardfork atau bahkan pemisahan rantai (chain split).

    Solusi SegWit merupakan kemenangan bagi pendukung small blockers dalam perang ukuran blok Bitcoin. Proposal ini sangat baik dan tidak ada argumen yang valid yang dapat mengalahkan solusi ini. Bahkan Gavin sendiri mendukung proposal SegWit. Jonathan Bier, penulis buku "Blocksize War", menduga bahwa ini adalah taktik negosiasi yang direncanakan oleh small blockers sejak awal.

    Namun, proses peningkatan SegWit tidak berjalan mulus. SegWit masih digunakan sebagai alat tawar-menawar oleh pendukung large blockers. Salah satunya adalah Jihan Wu, pendiri Bitmain dan salah satu penambang Bitcoin terbesar, yang menyatakan bahwa Bitcoin memerlukan hardfork, bukan SegWit, dalam pertemuan Hong Kong Roundtable. Jika tidak ada kode untuk hardfork, mesin penambangan (mining) tidak akan menjalankan SegWit. Hasil dari pertemuan Hong Kong Roundtable ini tidak memuaskan bagi semua pihak yang terlibat.

  • Setelah BIP101 ditolak Gavin dan Mike Hearni merilis Bitcoin XT yang menjanjikan peningkatan block bitcoin secara signifikan. Di 28 December 2015 Bitcoin XT diserang oleh DDOS attack yang sangat masif, hingga koneksi internet di 5 daerah tumbang. Jadi bisa dibayangkan kaya apa serangannya. DDOS attack ini diduga dari small blockers anonymous, meskipyn tanpa bukti. Serangan ini juga dikecam oleh small blockers sbagai tindakan yang ngga etis.

    14 Januari 2016 Mike Hearn, seorang pendukung utama Bitcoin XT, menyatakan bahwa Bitcoin adalah eksperimen yang gagal dan menjual semua koinnya. Akibatnya, harga Bitcoin turun dari $432 menjadi $388. Secara keseluruhan, Bitcoin XT seperti yang kita ketahui sekarang, mengalami kegagalan. Salah satu masalahnya adalah kurangnya dukungan dari penambang di China. Beberapa pendukung large blockers juga mengeluarkan komentar yang anti-China dan rasisme. Hal yang tidak diantisipasi oleh para large blockers adalah saat Bitcoin XT dirilis dan terjadi pemisahan jaringan (network split), node-node large blockers tetap menganggap blockchain Bitcoin yang lama masih valid. Namun, sebaliknya, node-node small blockers menganggap blockchain Bitcoin yang telah terpisah oleh Bitcoin XT sebagai tidak valid.

    Dalam hal ini, para small blockers unggul satu langkah lebih dulu. Bahkan yang lebih buruk lagi, para trader mendukung rantai small blockers, yaitu Bitcoin, dan melakukan short selling pada Bitcoin hasil hardfork yang didukung oleh large blockers. Hal ini membuat secara finansial penambang yang mendukung Bitcoin XT menjadi tidak layak karena mengalami kerugian.

  • Lightning network pertama kali di perkenalkan melalui sebuah paper dari Joseph Poon & Thaddeis Dryja di Ferbuari 2014. Untuk small blockers, Layer-2 dari bitcoin ini lebih masuk akal untuk mengatasi skalabilitas Bitcoin.

    Network Bitcoin yang ada sekarang sangat tidak efisien untuk pembayaran kecil misalnya “kalau ada orang beli kopi di Jakarta dengan Bitcoin, masa harus melakukan Validasi oleh seluruh orang di dunia?”

    Jadi layer-2 bitcoin, Lightning network bertindak sebagai payment layer system dengan fee kecil, dan tentunya ada perdebatan karena big blocker memprioritaskan meningkatkan blocksize agar bisa divalidasi tanpa perlu layer-2. sementara small blocker tidak melihat Bitcoin dari kacamata bisnis untuk menyaingi Visa atau Paypal, namun mereka melihat bitcoin sebagai bentuk baru dari uang. Alih alih menyaingi Visa sebagai bisnis, small blocker ingin menyaingi central bank sebagai reserve currency.

    Big blockers, yang mendukung blok besar, menganggap Lightning Network sebagai sistem pembayaran terpusat yang akan menghadapi masalah hukum. Di sisi lain, small blockers ingin Bitcoin menjadi sistem moneter yang tangguh. Bagi big blockers, Bitcoin adalah jaringan bisnis pembayaran, sementara bagi small blockers, Bitcoin adalah aset berharga seperti emas. Konsep Segwit dan Lightning Network sulit dijelaskan kepada big blockers yang lebih berorientasi bisnis daripada teknologi, yang sebaliknya dimiliki oleh small blockers yang memiliki latar belakang IT. Mereka menganggap small blockers sebagai orang-orang IT yang pintar tetapi solusinya tidak praktis.

    Tanggal 30 Juni 2017 Large Blocker Conference diadakan dengan tema “The Future of Bitcoin”. Hasil dari Hardfork Bitcoin seperti Bitcoin XT, Bitcoin Classic, Bicoin Unlimited, dan BTC1 terbukti gagal. Pada 1 Agustus 2017 Bitcoin melakukan hardfork lagi menjadi Bitcoin Cash yang diinisiasi oleh JihanWu yang memiliki bitcoin mining pool terbesar di dunia yaitu ViaBTC. ebulan setelahnya Bitcoin Cash diperdagangkan diberbagai exchange. Hingga kini Bitcoin Cash dianggap sebagai fork bitcoin tersukses. Konflik mengenai Blocksize ini terus berlanjut hinggal memunculkan satoshi-satoshi palsu, misalnya Gavin yang menuliskan diblognya kalau Craig Steven Wright seorang warga neraga Australia adalah Satoshi Nakamoto. Lalu munculnya Ethereum sebagai pesaing Bitcoin yang waktu itu masih proof of work memberikan alternatif untuk para miner dan large blocker.

  • Setelah peperangan selama 3 tahun antara larger blockers dan small blockers Akhir dari blocksize war ini diakhiri dengan small blockers yang dianggap sebagai pemenang. Sementara Large blockers seperti Jihan Wu lebih fokus menggarap Bitcoin Cash dan blocksize Bitcoin tetap kecil sampai sekarang, hanya diupgrade via Segwit aja seperti yang tadi kita udah bahas.

  • Dengan adanya Ordinals protocol dan BRC-20 Experiment di network bitcoin membuat network bitcoin menjadi semakin padat, makin besar pula kebutuhan blocksize Bitcoin. Perdebatan ini muncul lagi karena ada bottleneck di network Bitcoin.Binance yang merupakan perusahaan besar harus menutup akses WD bitcoin mereka hingga dua kali dikarenakan network nya mengalami kemacetan parah.

    Singkatnya Ordinals itu adalah NFT tapi di network bitcoin, karena bitcoin tidak support smart contract maka setiap sats atau satual terkecil bitcoin bisa diinscribe dalam artian disisipi atau dimasukan gambar, text dan file.

    Karena jumlah sats Bitcoin itu terbatas komunitas menyebutnya dengan NFT Bitcoin atau lebih populer dengan Ordinals, Sementara BRC-20 itu kurang lebih 1 Gepok Sats yang sudah diinscribe dan di berikan nama yang sama. Sekarang banyak exchange mulai melakukan listing BRC-20 lalu akan kearah mana Bitcoin setelah BRC-20 ?

Angga Andinata

Seorang educator. Misinya untuk mempersiapkan generasi Web3. Mengubah orang dari awam crypto menjadi paham crypto.

https://youtube.com/c/anggaandinata
Previous
Previous

5.24 BRC-20

Next
Next

5.22 Gimana Cara Jelasin Tentang Bitcoin Ke Pasangan & Keluarga