11.10 Panduan Sukses Trading Crypto: Cheat Sheet untuk Bitcoin, Altcoin, dan Meme Coin

Dalam Artikel ini, kita akan membahas panduan singkat dan jelas tentang trading cryptocurrency. Juga akan membahas strategi trading yang efektif untuk Bitcoin, altcoin, dan meme coin. Dengan penjelasan yang mudah untuk dipahami, anda akan mendapatkan pemahaman yang kuat tentang cara meraih sukses dalam dunia trading crypto. Jadi, siapkan diri Anda untuk mengambil langkah-langkah cerdas dalam trading cryptocurrency.

  1. Ketika Anda trading Bitcoin, perhatikan grafik harganya.

Hanya ada sekitar 13 hari "pump" dalam setahun, saat harga melesat tajam. Sisanya, cenderung "sideway" atau "downtrend". Namun, dalam jangka panjang, Bitcoin terus naik.

Jika Anda tidak yakin dengan skill trading, Bitcoin Cost Averaging adalah opsi yang lebih aman. Investasikan jumlah yang sama secara berkala tanpa harus mencoba menangkap momen tertentu. Ini cara yang cerdas untuk berinvestasi di Bitcoin. Ingat, baik trading atau Bitcoin Cost Averaging, pemahaman tentang risiko dan peluang sangat penting dalam pasar kripto yang dinamis ini.

Berikut contoh analisis grafik harga Bitcoin pada realtime.

Grafik diatas adalah Grafik Bitcoin Rainbow, dan sangat menarik untuk memahami kapan waktu terbaik untuk membeli Bitcoin berdasarkan data historis 6 bulan sebelum halving dan 180 hari setelah halving.

Namun, ingatlah bahwa dunia kripto sangat dinamis. Meskipun data historis memberikan wawasan berharga, memprediksi 100% kapan Bitcoin akan "pump" adalah tugas yang sulit. Ini karena faktor-faktor di luar teknis, seperti regulasi, adopsi di negara-negara tertentu, perkembangan seperti Bitcoin Spot ETF, dan banyak lainnya, juga memengaruhi pergerakan harga.

Tidak hanya membahas Bitcoin & Aset Crypto saja, selanjutnya kita akan membahas mengenai Fiat. Dalam dunia keuangan, fiat cenderung mengalami penurunan nilai karena inflasi. Beberapa bahkan menghadapi hyperinflasi. Untuk berhasil dalam fiat, langkah awal adalah mengalahkan inflasi. Ini bisa dilakukan dengan mencari aset yang tidak terpengaruh oleh inflasi atau menggunakannya untuk membangun modal usaha dan pendapatan di atas tingkat inflasi. Strategi pintar ini akan membantu Anda mengelola fiat dengan bijak dan mencapai tujuan keuangan Anda.

2. Memahami Pola Harga, Inflasi, dan Token Unlock pada Alt Coin

Ketika kita berbicara tentang trading altcoin, penting untuk memahami pola harga umumnya. Altcoin, khususnya yang masih belum mencapai hardcap, sering memiliki grafik harga yang khas.

Grafiknya cenderung menunjukkan perubahan harga yang dramatis. Kenapa? Karena tingkat inflasi yang tinggi. Ini berarti altcoin sering mengalami inflasi ganda, meskipun memiliki hardcap atau pasokan maksimum tertentu.

Mengapa hal ini terjadi? Ini berkaitan dengan token unlock. Variabel token unlock ini penting dan seringkali tidak terbaca hanya dari grafik candlestick. Contohnya, saat kita melihat harga Aptos atau Sui, polanya mirip dengan cheat sheet, dengan perbedaan tingkat volatilitas.

Umumnya, altcoin "pump" saat Token Generation Event (TGE), dan kemudian harga mulai turun ketika token di-unlock. Ketika token di-unlock, berarti lebih banyak token membanjiri market, dan permintaan mungkin belum sebanding. Ini adalah aspek penting yang perlu dipahami saat trading altcoin untuk menghindari potensi kerugian.

Dari analisis grafik altcoin diatas, bisa kita pelajari:

  • Airdrop & Launchpad: Jika dapat airdrop atau dari launchpad, sebaiknya jangan "hold" terlalu lama. Pertimbangkan untuk jual di awal.

  • Mencapai All-Time High: Altcoin sering kesulitan mencapai kembali harga tertingginya karena lebih banyak token beredar.

  • Hindari Altcoin Tanpa Hardcap: Tahan altcoin yang belum hardcap bisa berisiko terkena inflasi.

  • Downtrend Lama: Downtrend di altcoin bisa panjang tergantung unlock token.

Untuk menghindari dampak inflasi, penting untuk memahami tingkat inflasi token. Contohnya, Cosmos memiliki inflasi tahunan sekitar 26,52%, Stellar 8,6%, dan EOS 10,2%. Token seperti Symbiosis, Highstreet, dan NYM bahkan memiliki inflasi yang jauh lebih tinggi.

Ciri-ciri token yang cenderung inflasioner adalah tingginya APR stake, yang seringkali berhubungan dengan inflasi tinggi. Solusi terbaik adalah berani melakukan cut loss dan mengkonversi ke pair BTC atau Ethereum selama bull run, karena keduanya masih memiliki potensi pertumbuhan yang kuat. Perlu diingat bahwa selama bull run Bitcoin, tidak semua altcoin akan mengikuti, terutama jika mereka tidak dapat mengatasi masalah inflasi mereka.

3. Altcoin dengan Hardcap: Mengerti Deflasi, Burn, dan Korelasi dengan Bitcoin

Bagaimana dengan altcoin yang telah mencapai hardcap atau tidak memiliki batasan pasokan maksimum? Untuk memahami tingkat deflasinya, penting untuk melihat parameter yang khusus untuk setiap altcoin

Sebagai contoh, di Ethereum, meskipun pasokannya tidak terbatas, deflasinya terjadi karena jumlahnya berkurang sekitar 0,04% setiap tahun. Angka ini tergantung pada aktivitas pengguna di jaringannya.

Di Binance Coin (BNB), ada proses pembakaran (burn) BNB dengan target menyisakan 100 juta BNB. BNB dibakar menggunakan sebagian biaya gas yang dibayarkan oleh pengguna di jaringan BNB Chain. Deflasi BNB dapat ditemukan di bnbburn.info.

Sebagai contoh lain, Monero memiliki inflasi hampir mendekati nol berdasarkan data CoinCodex, namun tidak mungkin mencapai nol karena protokolnya memproduksi sekitar 0,3 Monero per menit.

Untuk altcoin dengan hardcap, korelasinya dengan Bitcoin menjadi faktor penting. Sebagai contoh, Ethereum memiliki korelasi sekitar 0,93 dengan Bitcoin, sementara Litecoin 0,79. Semakin mendekati 1, semakin mirip pergerakan harganya dengan Bitcoin. Informasi ini dapat ditemukan di Cryptowatch.

Jadi, memahami karakteristik deflasi, pembakaran, dan korelasi dengan Bitcoin adalah hal-hal penting untuk mengikuti tren di pasar kripto saat ini.

4. Token Meme: Pelajaran dari Hype, Keuntungan, dan Risiko

Saat berbicara tentang token meme, polanya umumnya seperti ini:

  1. Keuntungan untuk yang Pertama: Mereka yang membeli di awal, entah saat peluncuran, menjadi pengembang, atau hanya karena keberuntungan, biasanya yang mendapatkan keuntungan terbesar.

  2. Terlambat di Centralized Exchange: Ketika token meme sudah terdaftar di bursa sentral, terutama yang besar, seringkali itu tanda kita sudah terlambat. Harapan untuk mendapatkan ribuan persen keuntungan seperti mereka yang membeli di awal bisa menjadi harapan yang tidak realistis. Listing di bursa besar berarti pemegang awal memiliki likuiditas dan kesempatan untuk keluar.

  3. Hype Pendek, Dump Cepat: Masa hype token meme singkat dan penurunan harganya cepat, tetapi jarang bisa kembali ke level tertinggi.

Jadi, token meme adalah permainan zero-sum dan teori 'greater fool'. Mereka seringkali tanpa utilitas yang jelas. Namun, tidak semua token atau proyek di kripto adalah meme. Ada banyak subsektor yang berbeda.

Hype token meme biasanya berakhir dengan harga turun karena berbagai faktor, termasuk rugpull dan penjualan besar oleh "whale." Penting untuk berhati-hati saat berinvestasi dalam proyek kripto yang hanya bergantung pada hype.

Jadi, kapan waktu terbaik untuk membeli token meme? Jawabannya adalah saat masih di awal perkembangan, sebelum token tersebut terdaftar di bursa pertukaran.

Gambar diatas termasuk contoh nyata dalam proyek seperti Pepe, Pepe 2.0, & Milady.

Dalam semua hal ini, strategi dan pemahaman yang mendalam adalah kunci sukses. Trading crypto dapat menguntungkan jika dilakukan dengan bijak dan berdasarkan pemahaman yang kuat tentang pasar yang dinamis ini. akhir dari artikel ini, kami harap artikel ini sangat bermanfaat bagi anda yang tertarik mnengenai trading crypto.

Angga Andinata

Seorang educator. Misinya untuk mempersiapkan generasi Web3. Mengubah orang dari awam crypto menjadi paham crypto.

https://youtube.com/c/anggaandinata
Previous
Previous

11.11 Strategi Hybrid HODL + Derivatif: Mengatasi Tantangan dengan Unified Trading Account Bybit

Next
Next

11.13 Aliran Strategi Trading Crypto